Internal Value defaultContent

Jumat, Agustus 28, 2009

Pengertian As Sunnah

Syaikh Abdussalam bin Salim As Suhaimi



Sebagaimana telah diketahui bahwa diantara nama-nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah "Salafiyyun", sangatlah sesuai bila dijelaskan apa pengertian As Sunnah menurut bahasa dan istilah, kemudian kita uraikan pengertian Ahlus Sunnah wal Jama’ah serta sebab-sebab munculnya istilah tersebut.



As Sunnah menurut bahasa adalah thariq (jalan) dan sirah (sejarah hidup) [Lihat An Nihayah Ibnu Atsir (2/409), Lisanul ‘Arab (17/89)]. Para Ulama bahasa berselisih pendapat; apakah menurut bahasa pengertian As Sunnah itu hanya terbatas jalan yang baik (thariq hasanah) ataukah mencakup jalan yang baik maupun yang buruk? Yang benar ialah bahwa menurut bahasa, As Sunnah adalah thariq (jalan) yang baik maupun yang buruk. Di antara hal-hal yang menunjukan pengertian ini adalah hadits Nabi Shalallahu’alaihi wa salam.



Al-Mundzir bin Jarir menceritakan dari ayahnya Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda:



مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ. ومَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ



“Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang melakukan satu sunnah sayyiah dalam Islam, maka ia mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”



Hadits yang mulia di atas diriwayatkan dalam Shahih Muslim no. 2348, 6741, Sunan An-Nasa‘i no.2554, Sunan At-Tirmidzi no. 2675, Sunan Ibnu Majah no. 203, Musnad Ahmad 5/357, 358, 359, 360, 361, 362 dan juga diriwayatkan oleh yang lainnya.



(Yakni), ketika Nabi shalallahu’alaihi wa salam membagi sunnah itu menjadi dua, yang baik (sunnah hasanah) dan yang buruk (sunnah sayyi-ah).



Adapun pengertian As Sunnah menurut istilah, ada istilah menurut ahli hadits (muhaddits), sebagaimana halnya ada istilah menurut ahli ushul fiqih dan ahli fiqih. Menurut para muhadditsin, As Sunnah adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi shalallahu’alaihi wa salam, baik ucapan, perbuatan, persetujuan (taqrir) dan sifat (budi pekerti maupun perawakan) beliau, serta sejarah hidup beliau, baik sebelum maupun sesudah beliau diutus [Lihat Qawaidut Tahdits Al Qasimi (hal 64)].



Sedangkan menurut ahli ushul, As Sunnah dimutlakkan kepada semua yang dinukil dari Nabi shalallahu’alaihi wa salam, dari hal-hal yang tidak dinashkan dari Beliau shalallahu’alaihi wa salam, baik sebagai keterangan terhadap apa yang ada dalam Al Kitab atau tidak [Lihat Ushul Ahkam Al Amidi (1/169)].



As Sunnah dalam istilah ahli fiqih, dimutlakalan kepada semua hal yang bukan wajib. Maka jika dikatakan bahwa perkara ini sunnah, artinya (perkara tersebut) bukan fardlu dan bukan pula wajib, tidak haram serta tidak pula makruh [Lihat Syarhul Kawkabul Munir (2/160)].



Akan tetapi As Sunnah menurut kebanyakan salaf lebih luas dari pada itu. Karena yang mereka maksud dengan As Sunnah adalah ma’na yang lebih luas daripada yang dipaparkan para muhaddits, ahli ushul dan ahli fiqih. Sebab As Sunnah yang dimaksud adalah kesesuaian dengan Al Kitab (Al Qur’an). Sedang sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa salam serta para sahabatnya adalah sama dalam masalah ‘aqidah maupun ibadah. Lawannya adalah bid’ah.



Sehingga bila dikatakan si Fulan di atas As Sunnah, jika amalannya sesuai dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam. Lalu bila dikatakan si Fulan di atas bid’ah, jika amalannya menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah atau salah satunya.



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ”Adapun lafaz As Sunnah dalam perkataan salaf, mencakup sunnah dalam masalah ibadah dan I’tiqad, meskipun kebanyakan yang menyusun tulisan tentang As Sunnah mengkhususkan pembahasannya dalam bidang I’tiqad" [Lihat Al Amr bin Ma’ruf wan Nahyu ‘Anil Munkar (hal 77)]



Beliau rahimahullah mengatakan dalam Al Hamawiyah, ”As Sunnah adalah semua yang Nabi shalallahu’alaihi wa salam berada diatasnya, baik I’tiqad, Iqtishad, ucapan maupun perbuatan" [Al Hamawiyah hal 2]



Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, ”Banyak ‘ulama yang belakangan mengkhususkan As Sunnah kepada hal-hal yang berkaitan dengan I’tiqad; karena dia adalah pokok agama ini. Sedangkan yang menyelisihinya berada dalam bahaya yang besar" [Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam (hal 249). Sebab itulah banyak tulisan tentang makna ini dengan istilah As Sunnah, misalnya As Sunnah karya Imam Ahmad, As Sunnah karya Abu Dawud As Sijistani, As Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim ‘Abdullah bin Imam Ahmad, dan As Sunnah karya Ibnu Abi Hatim Ar Razi, dan selainnya]



Aku (Syaikh Abdussalam bin Salim As Suhaimi) katakan: As Sunnah, jika disebut secara mutlak dalam masalah ‘aqidah, yang dimaksud adalah dien (ajaran Islam) yang sempurna, bukan sebagaimana di istilahkan oleh ‘ulama ahli hadits, ahli ushul maupun fiqih.



Ibnu Rajab rahimahullah juga mengatakan, "As Sunnah adalah jalan yang dilalui, termasuk di dalamnya adalah berpegang dengan semua yang Nabi shalallahu’alaihi wa salam dan para Khulafa’ur rasyidin berada diatasnya, baik I’tiqad, amalan, maupun ucapan.” [Lihat Ibid (hal 262)]



[Dinukil dari kitab Kun Salafiyyan Alal Jaadah, Penulis Abdussalam bin Salim As Suhaimi, Edisi Indonesia Jadilah Salafy Sejati, Alih Bahasa Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Penerbit Pustaka Al Haura]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar